MANAJEMEN PEMELIHARAAN DAN PERAWATAN SAPI PERAH DARA (HEIFERS)
PENDAHULUAN
Mulai umur 3 bulan pedet sudah dapat dikategorikan sebagi sapi perah dara dan sudah dapat dikeluarkan dari kandang untuk melakukan gerakan badan di tempat yang terlindung. Sapi dara yang tidak diberi kesempatan melakukan gerak badan akan mengalami pertumbuhan yang terhambat dan kelemahan pada badan dan bagian kakinya mengingat hewan ini sejak kecil selalu terkurung bahkan terikat di dalam kandang pedet. Setelah berumur 3 bulan sapi dara sebaiknya ditempatkan di dalam kandang kelompok yang berjumlah anrtara 3-4 ekor, dengan jenis kelamin, umur dan berat badan yang seragam (Soetarno, 2003).
Pedet sapi perah umumnya sudah mulai disapih pada umur 3 bulan. Meski adakalanya dijumpai penyapihan yang dilakukan pada umur yang lebih atau kurang dari 3 bulan. Apabila dilakukan penyapihan dini pedet harus dalam kondisi sehat dan sudah mengkonsumsi konsentrat formula pedet (calf starter) sebanyak 0,5 kg/hari atau lebih. Pedet yang sudah mengkonsumsi konsentrat berkualitas tinggi dan disapih secara dini, akan mengalami masa transisi menjadi hewan ruminansia sejati yang lebih cepat. Pedet betina sapi perah setelah disapih sampai dengan bunting dan melahirkan anak pertama disebut sebagai sapi perah dara (heifers) (Sotarno, 2003).
Bahan makanan harus menyediakan zat-zat makanan yang dapat digunakan untuk membangun dan menggantikan bagian-bagian tubuh dan menghasilkan produk seperti susu, telur, dan woll (Anggorodi, 1994). Didalam memilih bahan baku pakan untuk menyusun ransum harus diperhatikan faktor-faktor seperti palatabilitas, nilai gizi, mudah diperoleh, tersedia sepanjang waktu, harga murah dan tidak mengandung racun (Chuzaemi dan hartutik, 1988).
Penyediaan bahan baku sangat penting dalam menunjang proses produksi perusahaan. Tanpa adanya persediaan bahan baku yang memadai dapat mengakibatkan proses produksi terganggu. Implikasi dari pengadaan bahan baku ini adalah timbulnya biaya-biaya seperti biaya pemasaran dan biaya penyimpanan bahan baku (Prawirosentono, 2001).
BAB II
MANAGEMEN SAPI PERAH DARA (HEIFERS)
A. Managemen Pemeliharaan Sapi Dara
Heifers yang terlalu gemuk menyimpan lemak di ambingnya, dimana nantinya akan menghambat pembentukan sel-sel yang mensekresi susu. Jika heifers terlalu gemuk, mungkin akan terjadi akumulasi lemak pada saluran reproduksi mereka sehingga bisa mengakibatkan berkurangnya fertilitas dan dapat mrnimbulkan distochia. Heifers yang lebih tua dan terlalu gemuk akan lebih mudah mengalami gangguan metabolisme seperti sapi laktasi pada saat calving. Heifers yang terlalu kurus juga akan mengalami penurunan fertilitas serta dikhawatirkan akan menimbukan masalah kesehatan yang lain dibandingkan dengan heifers yang bobot badannya berukuran ideal dan tumbuh secara baik.
1. Tujuan Pembesaran Sapi Perah Dara
Heifers atau sapi perah betina merupakan sapi perah betina yang merupakan calon induk sudah dewasa kelamin (berumur 6-8 bulan) sampai beranak pertama kali. Mengingat tujuan utamanya sebagai calon induk maka perlu sekali diperhatikan kriteria-kriteria sebagai calon induk, antara lain :
a. Berasal dari turunan yang mempunyai produksi susu yang tinggi
b. Menunjukan pretumbuhan yang baik dan normal
c. Bebas dari cacat tubuh dan penyakit
Pembesaran sapi perah dara untuk dijadikan calon induk ditujukan terhadap dua kepentingan, yaitu:
1) Pengganti Induk
Pada suatu usaha sapi perah sangat sering terjadi adanya pengeluaran (culling) sapi perah induk dalam setiap tahunnya yang mencapai prosentase 25%. Oleh karena itu, jumlah sapi dara yang akan dijadikan seagai induk pengganti (replacement stock) seharusnya disesuaikan dengan jumlah induk yang akan di culling dan ditambah dengan jumlah mortalitas yang mungkin terjadi pada sapi dara tersebut.
2) Pengembangan Usaha
Pengembangan usaha dengan cara menambah populasi induk dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:
a) Membesarkan sapi perah dara yang berasal dari turunan sapi perah sendiri (self replacement).
b) Membeli dari luar (new comer replacement).
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan sapi perah dara (heifers) :
a. Bangsa sapi
b. Besar waktu lahir, mempunyai daya lebih besar untuk tumbuh pada waktu dewasa
c. Pertumbuhan pada periode pedet sampai umur 6 bulan
d. Pengaruh pakan
e. Pengaruh kebuntingan pada waktu pertumbuhan
3. Penyiapan Sarana dan Peralatan
Kandang dapat dibuat dalam bentuk ganda atau tunggal, tergantung dari jumlah sapi yang dimiliki. Pada kandang tipe tunggal, penempatan sapi dilakukan pada satu baris atau satu jajaran, sementara kandang yang bertipe ganda penempatannya dilakukan pada dua jajaran yang saling berhadapan atau saling bertolak belakang. Diantara kedua jajaran tersebut biasanya dibuat jalur untuk jalan.
Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjaga agar ternak nyaman sehingga dapat mencapai produksi yang optimal, yaitu :
• Persyaratan secara umum :
a. Ada sumber air atau sumur
b. Ada gudang makanan atau rumput atau hijauan
c. Jauh dari daerah hunian masyarakat
d. Terdapat lahan untuk bangunan dengan luas yang memadai dan berventilasi
e. Transportasi mudah
f. Daerah yang tidak rawan bencana serta iklim yang cocok bagi ternak
g. Kandang menghadap ke timur, dimungkinkan adanya intensitas sinar matahari
h. Kebersihan kandang terjaga
• Persyaratan secara khusus :
a. Ukuran kandang yang dibuat untuk sapi betina dewasa adalah 1,8 x 2 m, dengan tinggi atas ± 2-2,5 m dari tanah.
b. Ukuran bak pakan : panjang x lebar = bersih 60 x 50 cm
c. Ukuran bak minum : panjang x lebar = bersih 40 x 50 cm
d. Tinggi bak pakan dan minum bagian dalam 40 cm (tidak melebihi tinggi persendian siku sapi) dan bagian luar 80 cm
e. Tinggi penghalang kepala sapi 100 cm dari lantai kandang
f. Lantai jangan terlalu licin dan terlalu kasar serta dibuat miring (bedakan ± 3 cm). Lantai kandang harus diusahakan tetap bersih guna mencegah timbulnya berbagai penyakit. Lantai terbuat dari tanah padat atau semen, dan mudah dibersihkan dari kotoran sapi. Lantai tanah dialasi dengan jerami kering sebagai alas kandang yang hangat.
g. Selokan bagian dalam kandang untuk pembuangan kotoran, air kencing dan air bekas mandi sapi : Lebar (L) x Dalam selokan (D) = 35 x 15 cm
h. Selokan bagian luar kandang untuk pembuangan bekas air cucian bak pakan dan minum : L x D = 10 x 15 cm
i. Tinggi tiang kandang sekurang-kurangnya 200 cm dari lantai kandang
j. Atap kandang dibuat dari genteng serta luas atap 50 cm lebih luas dari bangunan sehingga air hujan tidak masuk.
k. Letak kandang diusahakan lebih rendah dari sumber air dan lebih tinggi dari lokasi tanaman rumput. (Hasanudin, 1988). Lokasi pemeliharaan dapat dilakukan pada dataran rendah (100-500 m) hingga dataran tinggi (> 500 m). Temperatur di sekitar kandang 25-40 derajat C (rata-rata 33 derajat C) dan kelembaban 75%.
Seluruh bagian kandang dan peralatan yang pernah dipakai harus disuci hamakan terlebih dahulu dengan desinfektan, seperti creolin, lysol, dan bahan-bahan lainnya.
4. Macam Kandang Sapi Dara :
a. Kandang tunggal, hanya satu baris
b. Kandang ganda, di sebut juga tail to tail dan saling berhadapan
5. Bahan Kandang
Kerangka kandang dari bambu, kayu, besi, ataupun beton disesuaikan dengan model dan biaya. Atap yang digunakan bisa dari bahan alang-alang, ijuk, rumbia, genteng, asbes, seng. Jika memilih untuk ukuran rendah lebih baik menggunakan seng dengan tiang yang lebih tinggi.
6. Kontruksi dan Peralatan Kandang
a. Tradisional
Bangunan sederhana, atap dari rumbia, genteng dan lantai dari tanah sedangkan peralatanya berupa tempat makan dan minum dari ember plastik. Hijauan disebarkan ke lantai bercampur dengan kotoran atau limbah lain
b. Semi-modern
Atap dari genteng dan dinding dari beton atau kayu, sanitasi lebih baik. Sedangkan peralatan berupa tempat makan dan minum yang berasal dari bahan beton terkadang pula menggunakan ember
c. Modern
Biasanya digunakan oleh perusahan-perusahan besar, lantai dari beton/batu, sanitasi baik. Peralatan yang digunakan serba canggih dari beton dan besi sementara itu tempat minum serba otomatis
7. Contoh Bentuk Kandang
Gambar 1 Kandang sapi perah FH (ortogonal)
Gambar 2 Bentuk geometri kandang sapi perah FH
8. Pembibitan dan pemeliharaan bakalan/bibit
Sapi perah yang cocok dipelihara di Indonesia adalah sapi Shorthorn (dari Inggris), Friesian Holstein (dari Belanda) dan Yersey (dari selat Channel antara Inggris dan Perancis). Agar dapat memperoleh bibit sapi perah yang baik diperlukan adanya seleksi baik berdasarkan silsilah, bentuk luar atau antomis maupun berdasarkan jumlah produksi. Ciri-ciri sapi perah betina yang baik:
a. Kepala panjang , sempit, halus, sedikit kurus dan tidak banyak berotot
b. Leher panjang dan lebarnya sedang, besarnya gelambir sedadang dan lipatan-lipatan kulit leher halus
c. Pinggang pendek dan lebar
d. Gumba, punggung dan pinggang merupakan garis lurus yang panjang
e. Kaki kuat, tidak pincang dan jarak antara paha lebar
f. Badan berbentuk segitiga, tidak terlalu gemuk dan tulang-tulang agak menonjol (BCS umumnya 2)
g. Dada lebar dan tulang -tulang rusuk panjang serta luas
h. Ambing besar, luas, memanjang kedepan kearah perut dan melebar sampai diantara paha. Kondisi ambing lunak, elastis dan diantara keempat kuartir terdapat jeda yang cukup lebar. Dan saat sehabis diperah ambing akan terlimpat dan kempis, sedangkam sebelum diperah gembung dan besar.
i. Produksi susu tinggi,
j. Umur 3,5-4,5 tahun dan sudah pernah beranak,
k. Berasal dari induk dan pejantan yang mempunyai keturunan produksi susu tinggi,
l. Tubuh sehat dan bukan sebagai pembawa penyakit menular, dan
m. Tiap tahun beranak.
9. Kesehatan
Gangguan dan penyakit dapat mengenai ternak sehingga untuk membatasi kerugian ekonomi diperlukan control untuk menjaga kesehatan sapi menjadi sangat penting. Manjememen kesehatan yang baik sangat mempengaruhi kesehatan sapi perah. Gangguan kesahatan pada sapi perah terutama berupa gangguan klinis dan reproduksi. Gangguan reproduksi dapat berupa hipofungsi, retensi plasenta,kawin berulang, endometritis dan mastitis baik kilnis dan subklinis. Sedangkan gangguan klinis yang sering terjadi adalah gangguan metabolisme (ketosis, bloot, milk fever dan hipocalcemia), panaritium, enteritis, displasia abomasum dan pneumonia. Adanya gangguan penyakit pada sapi perah yang disertai dengan penurunan produksi dapat menyebabkan sapi dikeluarkan dari kandang atau culling. Culling pada suatu peternakan tidak boleh lebih dari 25, 3%. Salah satu parameter yang dapat digunakan untuk pemeliharaan sapi dengan melihat body condition scoring, nilai BCS yang ideal adalah 3,5 (skala 1-5). Jika BCS lebih dari 4 dapat menyebabkan gangguan setelah melahirkan seperti mastitis, retensi plasenta, distokia, ketosis dan panaritium. Sedangkan kondisi tubuh yang kurus menyebabkan produksi susu menurun dengan kadar lemak yang rendah. Selain itu faktor-faktor yang perlu diperhatikan didalam kesehatan sapi perah adalah lingkungan yang baik, pemerahan yang rutin dan peralatan pemerahan yang baik.
B. Manajemen Pemeberian Pakan Sapi Dara
Pakan sapi terdiri dari hijauan sebanyak 60% (Hijauan yang berupa jerami padi, pucuk daun tebu, lamtoro, rumput gajah, rumput benggala atau rumput raja, daun jagung, daun ubi dan daun kacang-kacangan) dan konsentrat (40%). Umumnya pakan diberikan dua kali per hari pada pagi dan sore hari. Pemberian pakan pada sapi perah dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu system penggembalaan, system perkandangan atau intensif dan system kombinasi keduanya. Pakan berupa rumput bagi sapi dewasa umumnya diberikan sebanyak 10% dari bobot badan (BB) dan pakan tambahan sebanyak 1-2% dari BB. Sapi yang sedang menyusui (laktasi) memerlukan makanan tambahan sebesar 25% hijauan dan konsentrat dalam ransumnya. Hijauan yang berupa rumput segar sebaiknya ditambah dengan jenis kacang-kacangan (legum).
Untuk sapi dara lepas sapih (umur 3 bulan-6 bulan), pemberian pakan starter (calf starter) mulai digantikan dengan formula pakan konsentrat dengan komposisi pakan protein kasar lebih dari 16 % dan TDN lebih dari 70 %. Adapun pemberian konsentrat ini dilakukan dengan cara bertahap dan di batasi maksimum 2 kg/ekor/hari. Sapi dara berumur 6 bulan keatas sudah mampu mencerna bahan makanan yang serat kasarnya tinggi karena daya cernanya sudah sempurna. Makanan terdiri dari hijauan rumput 20 kg/hari/ekor yang mengandung 12 % atau 13 % protein kasar. Apabila dalam pemeliharaanya berada pada kondisi tropis, makan perlu di tambahkan makanan penguat sebanyak 1-1,5 kg/ekor/hari, dan apabila hijauan jelek makan cukup sekali di beri konsentrat 2-3 kg/ekor/hari.
Sumber karbohidrat berupa dedak halus atau bekatul, ampas tahu, gaplek, dan bungkil kelapa serta mineral (sebagai penguat) yang berupa garam dapur, kapur, dll. Pemberian pakan konsentrat sebaiknya diberikan pada pagi hari dan sore hari sebelum sapi diperah sebanyak 1-2 kg/ekor/hari. Selain makanan, sapi harus diberi air minum sebanyak 10% dari berat badan perhari.Pemeliharaan utama adalah pemberian pakan yang cukup dan berkualitas, serta menjaga kebersihan kandang dan kesehatan ternak yang dipelihara. Pemberian pakan secara intensif dikombinasikan dengan penggembalaan Di awal musim kemarau, setiap hari sapi digembalakan. Di musim hujan sapi dikandangkan dan pakan diberikan menurut jatah. Penggembalaan bertujuan pula untuk memberi kesempatan bergerak pada sapi guna memperkuat kakinya.
Hal - hal yang perlu diperhatikan apabila ternak dilepas di padang rumput :
a. Apakah sapi tersebut sudah terbiasa makan makanan yang mengandung serat kasar
b. Harus diperhatikan apakah tubuhnya sudah terkenan parasit luar berupa caplak ataupun tidak dan tubuhnya terkena jamur (Ring Worm)
Pelepasan di padang rumput merupakan cara yang baik selain ekonomis juga karena terdiri dari leguminose yang banyak mengandung protein. Pemberian pakan di padang rumput yang baik sering di sebut “ Pasture Feeding”, bila padang rumput yang biasa di sebut “field”. Dua bulan menjelang melahirkan sapi di beri konsentrat 2,72 – 4,54 kg/ hari. Elanco Animal Health memperkenalkan / mempublikasikan sebuah booklet ”BCS For Replacement Heifers” yang menunjukkan heifers pada berbagai BCS. Pada umunya heifers akan memiliki BCS yang lebih kecil dibandingkan heifers dengan usia 6 bulan yang memiliki BCS antara 2-3. Biasanya BCS heifers tidak lebih dari 3,5. Disarankan untuk mengatur pola makan heifers agar memiliki BCS 3,5. Heifers dari usia 6 bulan sampai kawin, diharapkan memiliki BCS antara 2,5-3. Setelah itu, pada saat kawin BCS mereka akan naik berangsur-angsur dari 3 menjadi 5.
Pakan yang diberikan kepada sapi dalam keadaan fresh feed, keunggulan dari pemberian pakan secara fresh feed dari keadaan pakan yang segar dan aroma yang harum, dapat meningkatkan palatabilitas makan sapi sehingga kebutuhan untuk mencukupi kebutuhan pokok dan kebutuhan produksi dapat segera tersedia kembali. Pakan diberikan sesuai kebutuhan nutrisi sapi perah dalam keadaan fresh feed bertujuan agar kualitas pakan yang diberikan tetap baik kandungan nutrisinya.
Tujuan pemberian pakan fresh ini yaitu untuk meningkatkan palatabilitas makan sapi, sehingga pada saat sapi selesai diperah dan balik lagi ke kandang, bisa langsung makan dengan kondisi pakan yang diberikan fresh. Hal ini dapat menarik perhatian sapi agar tidak langsung tidur diatas bedding pada saat selesai diperah, dan dapat memberikan kesempatan kepada otot puting (spincter) yang terbuka pada saat diperah sehingga pada saat sapi makan otot tersebut dapat tertutup kembali dengan sempurna, dan dapat mencegah bakteri untuk masuk kedalam ambing yang dapat menyebabkan penyakit mastitis.
C. Pemberian Air Minum
Air merupakan zat yang penting bagi kehidupan, dan diperlukan oleh setiap makluk hidup. Dalam sebuah usaha peternakan, air merupakan unsur yang penting, salah satunya digunakan sebagai air minum untuk ternak. Sapi perah sebaiknya diberikan air minum yang bersih dan segar, dan air minum disediakan ad libitum. Pengisian air dilakukan secara manual oleh petugas kandang. Menurut Wattiaux (2003), pemberian air bersih yang segar harus tersedia secepat mungkin pada saat pakan diberikan, konsumsi dari bahan kering ditingkatkan oleh konsumsi air yang diberikan. Pemberian air minum untuk sapi dewasa disediakan dump tank system di dalam kandang, dilengkapi dengan pelampung sistem yang berfungsi menjaga air dalam dump tank agar selalu dalam keadaan penuh.
D. Reproduksi dan Managemen Perawatan Sapi Dara
Perkawinan adalah suatu usaha untuk memasukan sperma ke dalam alat kelamin betina. Perkawinan pertama seekor sapi perah dara tergantung pada 2 faktor utama yaitu umur dan berat badan. Apabila perkawinan sapi perah dara terlalu cepat dengan kondisi tubuh yang terlalu kecil, maka akibat yang terjadi adalah :
a. Kesulitan melahirkan
b. Keadaan tubuhnya yang tetap kecil nantinya setelah menjadi induk sehingga dapat berakibat kemandulan dan rendahnya produksi susu
Sapi perah dara sudah siap dikawinkan setelah mencapai umur 15 - 18 bulan dengan berat rata-rata 300 kg, Hal tersebut disebabkan karena sapi yang bersangkutan telah mendapatkan pakan yang cukup dan mencapai berat badan yang di kehendaki serta agar pada kisaran umur 28-30 bulan dapat beranak. Perkawinan sapi perah dara di Indonesia tidak disarankan menggunakan IB, sebab dapat dikhawatirkan pada waktu pertama kali beranak dan masih dalam fase pertumbuhan tersebut akan mengalami kesulitan sewaktu melahirkan karena besar pedet hasil IB yang dilahirkan. IB baru dianjurkan pada induk-induk sapi PFH yang beranak untuk kedua kalinya sampai seterusnya. Sapi perah dara FH dan Brown Swiss memerlukan berat badan 350 kg - 375 kg untuk perkawinan yang pertama, PFH pada berat 275 kg. Sedangkan Guernsey dan Aryshire pada berat badan 250 - 275 kg dan Jersey pada berat badan lebih kurang 225 kg.
D. Sistem Perkawinan Sapi Perah Dara
Sistem perkawinan merupakan sebuah gambaran dari beberapa metode perkawinan untuk program pengembakbiakan sapi. Masa berahi seekor sapi cukup singkat, maka perlu pengamatan secara teliti terhadap tanda - tanda berahi seekor ternak agar program perkawinan dapat berjalan sesuai rencana. Sistem perkawinan ternak dapat dilakukan dengan dua cara:
1. Perkawinan Alami
Perkawinan alami dilakukan oleh seekor pejantan yang langsung memancarkan sperma kedalam alat reproduksi betina dengan cara kopulasi. Terlebih dahulu pejantan mendeteksi kondisi berahi betina dengan menjilati atau membau di sekitar organ reproduksi betina bagian luar setelah itu pejantan melakukan penetrasi.
2. Perkawinan Buatan
Perkawinan buatan sering dikenal dengan Inseminasi Buatan (IB) atau Artificial Insemination (AI) yaitu dengan cara memasukkan sperma kedalam saluran reproduksi betina dengan menggunakan peralatan khusus (Blakely dan Bade, 1988). Melalui inseminasi buatan (IB), sapi tersebut menunjukkan gejala-gejala berahi dan mencocokkan data yang ada dalam satu siklus. Keuntungan IB, seekor jantan dapat melayani 5000-10.000 ekor sapi betina per tahun dan memperoleh keuntungan lain yaitu keturunan lebih baik dari induknya. Sapi dara dapat di kawinkan bila menunjukan tanda-tanda birahi. Siklus birahi rata-rata pada sapi perah berkisar 21 hari, tetapi ada juga yang bervariasidari 17 - 36 hari.
Perkawinan pertama sapi PFH dara di Indonesia tidak disarankan menggunakan IB, sebab dikuatirkan sapi yang baru pertama kali beranak dan masih dalam fase pertumbuhan tersebut akan mengalami kesulitan sewaktu melahirkan, karena besarnya pedet hasil IB yang dilahirkannya. IB baru dianjurkan pada induk-induk PFH yang beranak untuk kedua kali dan seterusnya.
Tanda-tanda birahi umum pada sapi dara :
a. Menaiki sapi-sapi lain, yang birahi menaiki sapi betina yang tidak birahi
b. Mempunyai rasa lebih dekat dengan yang lain , senantiasa mengikuti sapi lain, menyenderkan kepala di bagian belakang, menciumi dan mienjilati sapi lain
c. Keluar lender bening dari vulva
d. Vulva membengkak, lembab dan permukaan lebih halus sedangkan sapi yang tidak birahi vulva mengkerut
Selain itu perlu diketahui adanya Silent heat. Silent heat dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan pada hewan betina dimana hewan betina tersebut tidak menunjukkan gejala birahi tetapi proses ovulasi tetap terjadi (aktivitas siklus ovarium tetap normal) (Anonim c, 2004). Menurut Kidder et.al kasus silent heat pada sapi yang terjadi pada rentang waktu antara melahirkan sampai 60 hari pasca melahirkan dapat mencapai 44,3% dan antara hari ke-60 sampai 308 hari pasca melahirkan sebesar 11,0 %. Pada hewan betina yang mengalami estrus maka secara umum pada pemeriksaan melalui vagina dengan menggunakan spikulum atau vaginoskop akan terlihat adanya hyperemia pada permukaan mukosa vagina, relaksasi dinding serviks, dan adanya sedikit lendir birahi pada vagina.
BAB III
KESIMPULAN
a. Sapi perah betina atau heifers merupakan sapi perah betina yang merupakan calon induk sudah dewasa kelamin (berumur 6-8 bulan) sampai beranak pertama kali
b. Gangguan kesahatan pada sapi perah terutama berupa gangguan klinis dan reproduksi
c. Sapi perah sebaiknya diberikan air minum yang bersih dan segar, dan air minum disediakan ad libitum
d. Pemberian pakan pada sapi perah dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu system penggembalaan, system perkandangan atau intensif dan system kombinasi keduanya
e. Teknik manajemen perkawinan sapi perah dapat dilakukan degan menggunakan:
a. Teknik kawin alam dengan pejantan alam
b. Teknik inseminasi buatan (IB)
f. Perkawinan pertama sapi PFH dara di Indonesia tidak disarankan menggunakan IB, sebab dikuatirkan sapi yang baru pertama kali beranak dan masih dalam fase pertumbuhan tersebut akan mengalami kesulitan sewaktu melahirkan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar